ilustrasi
SEOUL - Seorang guru diperkosa oleh orang tua siswanya. Kasus memilukan itu terjadi di Shinan County, Provinsi Jeolla Selatan, Korsel, bulan lalu. 

Namun, tiga tersangka baru ditahan pada Sabtu (4/6). Itu pun terjadi setelah pacar korban mengunggah kritikan secara online tentang lambatnya penyelidikan kasus tersebut.

’’Kasus ini akan dilimpahkan ke kejaksaan besok (hari ini Red),’’ ujar pihak kepolisian wilayah Makpo kemarin (9/6).  

Guru yang bernasib nahas itu ditugaskan mengajar untuk sementara di salah satu pulau terpencil di Shinan County. Dia menjadi guru sekolah dasar (SD). 

Akhir bulan lalu, dia makan malam sendirian di rumah makan penduduk setempat. Tiba-tiba saja, tiga pria datang. Dua di antaranya adalah wali siswa di sekolahnya. 

Mereka mengajak guru tersebut minum bersama. Guru-guru di sekolah pedalaman memang biasanya sulit menolak ajakan minum dari orang tua siswa. Di Korsel, hampir semua rumah makan menyediakan sejenis arak beras yang bernama soju. 

Setelah korban mabuk, tiga pria itu mengantarkannya pulang. Korban tinggal di asrama sekolah. Mereka lantas memerkosanya secara bergantian.

Pihak kepolisian menyatakan bahwa kejahatan tersebut direncanakan. Tiga tersangka sengaja mengajak minum korban dengan niat melecehkannya. Usia tersangka mencapai 30–40 tahun. Jika terbukti bersalah, mereka bisa dihukum maksimal seumur hidup. 

Tiga tersangka menampik bahwa mereka adalah pelakunya. Namun, rekaman telepon genggam mereka dan CCTV di tempat tinggal korban berkata lain. 

Para tersangka tertangkap kamera memasuki asrama sekolah dengan mobil beberapa kali. Selain itu, DNA dari dua tersangka cocok dengan bukti yang tertinggal di tubuh korban. 

Sementara itu, penduduk setempat malah tidak menganggap kasus tersebut sebagai tindakan kriminal. Dalam sebuah wawancara dengan salah satu stasiun televisi lokal, penduduk yang diwawancarai tidak mempermasalahkan kasus pemerkosaan itu. 

’’Hal yang lebih buruk dari ini terjadi di mana-mana. Anak muda mungkin terlibat dalam kecelakaan (pemerkosaan, Red) semacam ini. Apa masalahnya?’’ ujarnya. 

Profesor Psikologi Kriminal dari Kyonggi University Lee Soo-jeong mengungkapkan bahwa masyarakat di wilayah pedesaan yang terpencil memiliki kesadaran yang rendah tentang kekerasan seksual. Karena itulah, dibutuhkan sosialisasi secara terus-menerus untuk mengedukasi masyarakat. 
Terpisah, aktivis Oh Chang-ik menyalahkan budaya minum minuman keras sebagai dalang dari semua kejadian tersebut. 

’’Laki-laki melihat perempuan hanya sebagai objek seksual saat mabuk dan perilaku seperti itu diterima secara luas oleh mayoritas publik,’’ terangnya. (AFP/Korea Herald/sha/c20/any)

Sumber ; Jpnn.com