Hukuman mati terhadap kejahatan yang dianggap sudah sangat berlebihan dan merusak tatanan kehidupan manusia; ada yang menyetujui dan ada yang tidak menyetujui, bahkan ada yang menentang hukuman mati tersebut.

Perangkat hukum telah mempersiapkan konsekuensi terhadap berbagai bentuk kejahatan yang dilakukan oleh manusia, khususnya di Indonesia, bahkan hukuman mati DIHARAPKAN sebagai sesuatu yang dapat memberikan 'EFEK JERA' terhadap pelaku kejahatan; seperti PELAKU PEMBUNUHAN, KORUPSI, NARKOBA, PERKOSAAN, KEJAHATAN SEKSUAL, khususnya terhadap anak-anak, dsbnya.

Namun sebaliknya, LAIN YANG TERJADI; hari ini ditetapkan hukuman mati, hukum penjara seumur hidup, serta bentuk penetapan hukum lainnya;  TERNYATA KEJAHATAN MANUSIA TIDAK PERNAH SURUT, TIDAK PERNAH BERKURANG. MALAH BERTAMBAH-TAMBAH, begitu juga PEMBUNUHAN BERLEBIH-LEBIHAN.

Bila ditinjau dari SUBSTANSI HUKUM PIDANA yang berlaku di negara Republik Indonesia ini sudah sangat memadai dan konsisten.

HANYA YANG AMAT DISAYANGKAN; BELUM PERNAH DISENTUH APA YANG MENJADI PENYEBAB: "mengapa manusia pada umumnya dapat berbuat sekeji itu?"

Dan BELUM PERNAH DIBERIKAN SOLUSI atau PENYELESAIAN secara KOMPREHENSIF.

Kalau PENEGAK HUKUM HANYA berkonsentrasi kepada PRODUK HUKUM yang akan memberikan efek jera terhadap semua kejahatan; TENTULAH PASTI TIDAK AKAN MEMPEROLEH EFEK JERA YANG DIHARAPKAN.

Alangkah lebih baik, YANG HARUS DICARI ADALAH PENYEBABNYA (ETIOLOGI) serta PENYELESAIAN (SOLUSI) terhadap kejahatan itu sendiri.

SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN:

I. Mencari PENYEBAB dengan cara : "Mengenal Sifat Manusia"

PADA DASARNYA MANUSIA dalam kehidupannya bersifat :

1. TIDAK MAU KELINTASAN;

(TEMPATNYA DI TELINGA);

Bila mendengarkan sesuatu walaupun mereka tidak melihatnya;

MUDAH SEKALI TERPENGARUH,

dengan mudahnya pula manusia mengambil kesimpulan tentang APA yang di dengarnya.

Walaupun mereka tidak mengetahui USUL-ASALNYA.

2. TIDAK MAU KERENDAHAN;

(TEMPATNYA DI MATA);

MISALNYA:

Bila melihat orang berhasil,

Melihat orang kaya,

Melihat orang lebih dari padanya.

Secara otomatis, MANUSIA bisa tersulut dengan kebencian, iri, dengki, menghasut orang lain; lalu melakukan tindakan yang tidak terpuji. Padahal mereka malas bekerja dan tidak mau sekolah, tidak mau bekerja, tidak mau berusaha. Seterusnya mengambil jalan pintas dengan merampok, mencuri; bahkan bisa membunuh, yang dapat menghebohkan masyarakat.

3. TIDAK MAU KEKURANGAN;

Tidak merasa puas, berapa saja yang dimilikinya, merasa tidak pernah cukup. Yang memperoleh rezeki sedikit, ingin memperoleh rezeki yang lebih.

Bila sudah memperoleh rezeki melebihi, juga merasa tidak cukup; sampailah MANUSIA itu ke tingkat LOBA, TAMAK atau RAKUS.

4. TIDAK MAU KALAH;

Misalnya:

Dalam kehidupan bermasyarakat, pada umumnya manusia TIDAK PERNAH MAU KALAH BERARGUMEN.

TIDAK HENTI-HENTINYA BERTENGKAR.

Padahal persoalannya sangat sederhana, lalu kemudian menjadi besar. Oleh karena tidak mau kalah, lalu mereka BERKELOMPOK-KELOMPOK satu sama lain.

Begitupun dalam masyarakat, kita melihat:

"YANG KUAT PENGARUHNYA, itulah YANG BERKUASA.

Pengaruh itu, bisa oleh kekayaan, oleh kepintaran berbicara, dengan mudah memutar balikkan kenyataan.

"YANG KAYA DISANJUNG", dengan kekayaannya itu, mereka dapat berbuat seenaknya-semaunya.

Apa yang dikehendakinya mesti terwujud.

YANG MISKIN DI INJAK, diperbudak, di hina, di caci, di maki, bahkan dipukuli.

WANITA, SEMUA BISA PAKAI!

Dengan kekayaannya, dengan kekuasaan, manusia dengan mudah dapat dimilikinya.

Wanita-wanita menjadi kepuasan hawa nafsunya. Wanita-wanita mudah dikuasainya.

"PADAHAL ISTRINYA WANITA, IBUNYA WANITA, KAKAKNYA WANITA, ADIKNYA WANITA, KAUM KERABATNYA JUGA WANITA".

Bahkan, dengan cara sadis manusia dapat menghamili anaknya sendiri, ponakan sendiri, adik sendiri, saudara sendiri ataupun kaum kerabatnya sendiri.

TIMBUL PERTANYAAN :

KENAPA MANUSIA seBUAS ITU"?

Berbagai-bagai upaya sudah dilakukan oleh MANUSIA itu sendiri.

Baik melalui pendidikan FORMAL, DISKUSI-DISKUSI dalam seminar, simposium, berbagai-bagai penyuluhan,  pandangan, saran, nasehat, buku-buku untuk dibaca, namun semuanya itu SIA-SIA BELAKA; BELUM MEMPEROLEH SESUATU YANG FINAL.

Sukar menciptakan masyarakat rukun-damai, aman-tenteram, adil dan makmur.

Sehingga cita-cita mewujudkan: "Keadilan sosial yang merata dalam masyarakat, sulit diperoleh".

"MARI KITA TELAAH MELALUI KETERANGAN YANG TERDAPAT DI DALAM KITAB QUR'AN".

"MENGENAL MANUSIA DARI SIFATNYA"

BAGAIMANA SIFAT MANUSIA menurut PANDANGAN ALLAH?

1. MANUSIA BERSIFAT ENGKAR kepada TuhanNya.

(Engkar artinya KAFIR bahasa kita);

TANDANYA: suka menantang, bila menderita, berputus asa, bahkan bisa bunuh diri.

Bila kaya, manusia jadi kikir.

QS(100)6: "Innal insaana li rabbihii la kanuud", sesungguhnya MANUSIA itu KAFIR atau EGKAR KEPADA TUHANNYA."

QS(70)19-20: "Innal insaana khuliqa haluu'aa. Idzaa massahusy syarru jazuu'aa."

Artinya : Manusia itu KAFIR, ENGKAR (dalam bahasa Indonesia) kepasa TUHANNYA, SUKA MENANTANG, APABILA DIA MENDERITA, BERPUTUS ASA. APABILA KAYA, DIA KIKIR".

2. Manusia BERSIFAT SYETAN;

Tampak dari PERILAKU MANUSIA:

SUKA PEMBOHONG-PENDUSTA, MENGHASUT, MEMFITNAH, MENGADA-NGADA SESUATU YANG TIDAK ADA DAN TIDAK DIKETAHUINYA.

BERJALAN DARI SATU MANUSIA KEPADA MANUSIA LAINNYA, mereka MENGHASUT dan MEMFITNAH.

QS(26)221-226: "Hal unabbi-ukum 'alaa man tanazzalusy syayaathiin. Tanazzalu 'alaa kulli affaakin atsiim. Yulquunas sam'a wa aktsaruhum kaadzibuun. Wasy syu'araa-u yattabi'uhumul ghaawuun. A lam tara annahum kulli waadiy yahiimuun. Wa annahum yaquuluuna maa laa yaf'aluun."

Artinya: "Maukah Aku kabarkan kepadamu kepada siapa TURUNNYA SYETAN itu? Setan itu turun kepada TIAP-TIAP PENDUSTA-PEMBOHONG yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran dan kebanyakan mereka pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang sesat. Tidakkah engkau lihat sesungguhnya mereka BERJALAN DARI LEMBAH KE LEMBAH, dan sesungguhnya mereka mengatakan apa-apa yang tidak mereka kerjakan."

Manusia "BERSIFAT JIN",  bahkan "LEBIH KEJAM DARI BINATANG".

QS(25)43-44: "Ara-aita maniittakhadza ilahahu hawaahu afaanta takuunu 'alaihi wakiilaa. Am tahsabu anna aktsarahum yasma'uuna au ya'qiluuna in hum ilaa kal an'aami bal hum adhallu sabiilaa."

Artinya: "Terangkanlah kepadaku tentang ORANG YANG MENJADIKAN HAWA NAFSUNYA SEBAGAI TUHANNYA. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. MEREKA ITU TIDAK LAIN, HANYALAH seperti BINATANG TERNAK, BAHKAN LEBIH TERSESAT JALANNYA."

Manusia bisa MEMBUNUH, bisa MEMPERKOSA, MERAMPOK. Mereka TIDAK MEMILIKI:

RASA KEBENARAN,

RASA KASIHAN,

RASA TAKUT.

DISEBABKAN RASA KEBENARAN itu TELAH HILANG KARENA DIKUASAI OLEH SIFAT YANG MUNCUL DARI BISIKAN SYETAN SEBANGSA JIN DAN MANUSIA.

Bila semasa hidupnya manusia bersifat seperti itu, dan tidak-belum memperoleh pendidikan agama yang benar, TENTULAH MEREKA DIBANGKITKAN SEBAGAI sifat SYETAN atau JIN tersebut, YANG HIDUPNYA BERGENTAYANGAN DIMANA-MANA dan dapat mempengaruhi manusia-manusia lain yang masih hidup.

ALLAH MENYIMPULKAN:

I. Manusia bersifat NAFSU LAWWAMAH;

QS(75)2: “Wa laa uqsimu bin NAFSIL LAWWAAMAH."

Artinya: “dan Aku bersumpah dengan jiwa yang menegor diri."

NAFSU LAWWAMAH dikenal sebagai 10 maksiat batin:

1. AJIB atau TAKJUB atau TERKESIMA pada diri sendiri, merasa gagah, merasa cantik, kaya, kekayaan, pangkat dan jabatan dan lain sebagainya;

2. RIA:

Oleh kelebihan yg dimiliki manusia ingin di puji, merasa bangga.

Sepertinya tidak ada orang lain yang bisa melebihinya;

3.TAKABUR:

Manusia itu merasa, HANYA dialah yang mampu berbuat yang terbaik;

4. IRI:

Iri kepada orang lain tanpa sebab.

Disangka hanya dia yang bisa, ternyata orang lain banyak yang lebih bisa dari dia;

5. DENGKI :

Yaitu rasa iri yang amat dalam terhadap orang lain;

Sifat 1 sampai 5, tersembunyi atau tersimpan dlm hati seseorang, tidak ada  manusia lain yang dapat mengetahuinya.

Akan tetapi, dirinya sendiri dapat mendengarkan melalui suara hati.

Karena tiap-tiap manusia di anugrahi NIKMAT-RASA.

Dengan NIKMAT itu dia dapat merasakan berupa suara, bahwa mereka itu dalam suasana perasaan yang AJIB, RIA, TAKABUR, IRI, DENGKI, kepada orang lain tanpa alasan yang nyata secara objektif.

QS(55) sebanyak 31 keterangan ayat yang berbunyi:

"Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"

("Fa bi ayyi aalaa-irobbikumaa tukadzdziban.")

6. HASUT;

Ingin menpengaruhi orang lain secara bersama membenci orang lain.

7. FITNAH:

Mereka berjalan dari satu manusia ke manusia lain membawa berita bohong yang tidak objektif, mengada-ngada, memperkatan sesuatu yang tidak diketahuinya;

8. TAMAK;

Untuk mencapai tujuannya manusia menumpuk-numpuk hartanya;

9. LOBA ATAU RAKUS;

Manusia seperti itu menumpuk-numpuk hartanya dengan sangat berlebihan.

Dijadikan alat untuk mencapai tujuan di atas;

10. SOMBONG:

Tampak dari sifat lagaknya, sifat-pembawaannya, perilakunya atau karakternya, terlihat dari cara ber-ucap, gayanya, sikapnya:

QS(28)76: "Inna qaaruuna kaana min qaumi muusa fabagha 'alaihim waaatainaahu minal kunuuzi maa inna mafaatihahu latanuwu bil 'ushbati uuliil quu-wati idz qaala lahu qaumuhu laa tafrah innallaha laa yuhibbul farihiin(a)."

Artinya: "Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka (kaum Musa), dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta, yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul, oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah), ketika kaumnya berkata kepadanya: 'Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai, orang-orang yang terlalu membanggakan diri."

B) Nafsu AMARAH;

QS(12)53: “Wa maa ubarri-u nafsii innan NAFSA LA AMMAARATUM bis suu-i illaa maa rahima rabbi inna rabbi ghafuurur rahiim."

Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya NAFSU itu MENYURUH KEPADA KEJAHATAN kecuali siapa yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Manusia seperti itu tampak pada sikapnya, "PENDEK-SEMPIT AKALNYA", mudah panik,

suka tergesa-gesa mengambil keputusan, akhirnya MUDAH MARAH.

Mengamuk, membanting benda dan bahkan bisa menyerang orang lain. Akhirnya terjadi perkelahian. Lalu menimbulkan permusuhan, dendam yang tidak habis-habisnya.

Mereka itu, digambarkan oleh Tuhan,

Sebagai sebuah hidup yg lalai, suka bermegah-megah, sampai keliang kubur.

Mereka mendapat sangsi dari Allah, dimasukkan ke dalam "NERAKA JAHIM"

QS(102): "Alhaakumut takaatsur. Hatta zurtumul maqaabir. Kalla saufa ta'lamuun. Tsumma kalla saufa ta'lamuun. Kalla lau ta'lamuuna 'ilmal yaqiin. La tarawunnal jahiim. Tsumma la tarawunnahaa 'ainal yaqiin. Tsumma latus-aluuna yauma-idzin 'anin na'iim."

Artinya: "Kamu telah dilalaikan Mengingat Allah karena bermegah-megah, hingga kamu masuk ke dalam kubur. Sebenarnyalah kelak kamu akan mengetahui, kemudian sebenarnyalah kelak kamu akan mengetahui. Sebenarnya sekira kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Sungguh kamu akan melihat mereka, kemudian kamu akan melihatnya dengan penglihatan yang takin, kemudian sungguh kamu akan di tanya pada hari itu tentang segala nikmat."

DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, TAMPAK:

Manusia suka MENGUMPAT-NGUMPAT,

MENCELA ORANG LAIN;

MENUMPUK-NUMPUK HARTA atau MENGUMPUL-NGUMPUL HARTA, karena merasa harta itu dapat mengekalkan hidupnya dunia maupun akhirat.

Manusia seperti itu akan dilempar ke dalam "NERAKA HUTAMAH", Yaitu, api yang dinyalakan;

QS(104): "Wailul li kulli humazatii lumazah. Alladzii jama'a maalaw wa' addadah. Yahsabu anna maalahuu akhladah. Kallaa la yumbadzanna fil huthamah. Wa maa adraaka mal huthamah. Naarullaahil muuqadah. Innahaa 'alaihim mu'shadah. Fii'amadim mumaddadah."

Artinya: "Celakalah bagi setiap pemgumpat, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya mengekalkannya. Tidak sekali-sekali. Sungguh dia akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah engkau apakah Huthamah itu? Yaitu api Allah yang dinyalakan, yang sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutupkan atas mereka, pada tiang yang panjang."

Manusia seperti itu dinyatakan oleh Allah mereka dalam merugi disisi Allah selama hidupnya;

QS(103): "Wal 'ashr, Innal insaana lafii khusr, Illa ladziina aamanuu wa 'amilush shaalihaati wa tawaashau bil haqqi wa tawaashau bish shabr."

Artinya: "Demi masa, sesungguhnya manusia itu merugi, kecuali orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan berwasiat dengan kesabaran."

Timbul pertanyaan :

DARI MANA MUNCULNYA SIFAT TERSEBUT?

DAN BAGAIMANA KITA DAPAT MENGETAHUINYA?

ALLAH MENGINGATKAN KEPADA MANUSIA:

Firman Tuhan;

HENDAKLAH MANUSIA ITU MEMIKIRKAN DARI APAKAH ASAL KEJADIANNYA.

QS(86)5: "Falyanzhuri-insaanu mimma khuliq(a)."

Artinya: "Hendaklah manusia itu memikirkan dari apakah asal kejadiannya."

Artinya dengan akal pikir yang ada pada manusia pasti TIDAK akan bisa mengetahui, HANYA bisa MERASAKAN ADANYA SIFAT TERSEBUT.

Setinggi apapun pendidikan manusia, tidak  mengetahui dari mana USUL-ASAL datangnya sifat itu.

Apalah lagi bagaimana menyelesaikan.

Oleh Karena itu, setinggi apapun pendidikan manusia, TIDAK AKAN PERNAH MENGETAHUI DARIMANA USUL-ASALNYA DATANGNYA SIFAT ITU? Apalah lagi bagaimana cara menyelesaikannya?

Walaupun pendidikannya tinggi, bahkan super tinggi. Jadi, kepintaran manusia tidak akan pernah mampu MENJAWABNYA, APALAGI MENYELESAIKANNYA

Oleh sebab itu, MENYERAHLAH KEPADA ALLAH, KEMBALILAH KEPADA ALLAH.

JANGAN MERASA SOMBONG, JANGAN MERASA ANGKUH. JANGAN LUPA HIDUP DI PERMUKAAN BUMI INI.

La hawla wala kuwwata illa billaahil 'aliiyul 'aadziim (tiada daya upaya melainkan dengan izin Allah).

Allah BERTANYA, Allah MENJAWAB:

DARI MANA ASAL USUL MANUSIA ITU DICIPTAKAN-DIJADIKAN ALLAH?

I. USUL KEJADIAN MANUSIA

QS(15)26-28: "Wa laqad khalaqnal-insaana min salsaalim mim hama'im  masnuunin. Wal-jaanna khalaqnaahu min qablu min naarissamuum."

Artinya: "Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia DARI TANAH LIAT KERING (yang berasal) dari LUMPUR HITAM yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan JIN DARI API YANG SANGAT PANAS.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sungguh, Aku akan MENCIPTAKAN seorang MANUSIA dari TANAH LIAT KERING (yang berasal) dari LUMPUR HITAM yang diberi bentuk."

Jadi, sifat manusia yang nyata tersebut diciptakan dari substansi TANAH KERING, HITAM, yang diberi bentuk.

Sifat JIN PADA MANUSIA diciptakan dari API YANG PANAS.

Sifat manusia dijadikan sebaik-baiknya dari tanah;

lalu kemudian GENERASI BERIKUTNYA dari AIR MANI YANG HINA, yang dijadikan dari air yang terpancar, yang keluar antara SULBI (tulang punggung), TORAIB (tulang dada):

QS(86)6-7: "Khuliqa mim maa'in daafiq. Yakhruju mim bainis-sulbi wat-taraa'ib."

Artinya: "dia diciptakan dari air mani yang terpancar, yang keluar dari antara tulang rusuk (sulbi) dan tulang dada."

Secara lengkap, KEJADIAN MANUSIA itu, sbb:

Dimulai dari TANAH, KEMUDIAN DARI AIR MANI, SEGUMPAL DARAH, SEGUMPAL DAGING, TERBENTUK ATAU TIDAK TERBENTUK, di tempatkan DI DALAM RAHIM WANITA sampai kepada WAKTU YANG DITENTUKAN OLEH ALLAH.

Kemudian DIKELUARKAN SEBAGAI BAYI sampai DEWASA diantara manusia; ada yang diwafatkan dalam usia muda atau dewasa dan sebagian lagi dikembalikan dalam keadaan serendah-rendah umur, sehingga manusia, tidak mengetahui sesuatu, padahal sebelumnya mereka mengetahuinya (demensia).

QS(22)5: "Yaa ayyuhan-naasu in kuntum fii raibim minal-ba'si fa innaa khalaqnaakum min

turaabin tsumma min nutfatin tsumma min alaqatin tsumma mim mudgatim mukhallaqatiw wa gairi mukhallaqatil linubayyina lakum, wa nuqirru fil-arhaami maa nasyaa'u ilaa ajalim musamman tsumma nukhrijukum tiflan tsumma litabluguu asyuddakum, wa minkum may yutawaffaa may yuraddu ilaa ardzalil-'umuri likailaa ya'lama ba"da ilmin syai'an, wa

taral-arda haamidatan fa izaa anzalnaa 'alaihal maa'ahtazzat wa rabat wa ambatat min kulli zaujim bahiij."

Artinya: "Wahai manusia, jika kamu meragukan hari kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu, dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang diketahuinya. Dan kamu melihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air, di atasnya, hiduplah bumi itu dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan yang indah."

Berikutnya, manusia Kami jadikan dari AIR MANI YANG DI TEMPATKAN SECARA KOKOH DAN TERPELIHARA DALAM RAHIM WANITA.

DARI AIR MANI inilah dijadikan segumpal darah, segumpal daging, tulang-tulang. Tulang-tulang itu diliput dengan daging yang dibungkus rapi dengan kulit

MAHA SUCI ALLAH, SEBAIK-BAIK PENCIPTA.

Kemudian manusia di WAFATKAN, lalu di BANGKITKAN pada HARI KIAMAT:

QS(23)12-16: "Walaqad khalaqnaa-insaana min sulaalatin min thiinin. Tsumma ja'alnaahu nuthfatan fii qaraarin makiinin. Tsumma khalaqnaannuthfata 'alaqatan fakhalaqnaal 'alaqata mudhghatan fakhalaqnaal mudhghata 'izhaaman fakasaunaal 'izhaama lahman tsumma ansya'naahu khalqan aakhara fatabaarakallahu ahsanul khaaliqiin(a). Tsumma innakum ba'da dzalika lamai-yituun(a). Tsumma innakum yaumal qiyaamati tub'atsuun(a)."

Artinya: "Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani, (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan di hari kiamat."

Oleh Jalaludin Al Sayuti, dalam kitab TIBB,

Kejadian manusia  disimpulkan sebagai:

"Khalaqallahul insaana min arbaati asyyaa; minarrihin, minal maai, min tiinin, minannari. Amma iza katsura minal maai fayakuunu haafizan, au aaliman, au faakihan, au kariiman. Wa amma iza katsura min tiinin fayakuuna saffakan khabiitsan mufliisan fiddunya wal akhirat. Wa amma iza katsura minannari fayakunu awaanan au zaaliman. Wamma iza katsura minarriihin fayakunu kazzaaban."        

Artinya:                    

"Allah menciptakan manusia dari empat anasir;

Anasir Angin, Anasir Air, Anasir Tanah dan Anasir Api.

Bila lebih banyak ANASIR ANGIN:

MANUSIA menjadi seorang pendusta.

Bila ANASIR AIR Iebih banyak:

manusia menjadi seorang penghafal al-Qur'an, alim, seorang faqih dan dermawan.

Bila banyak ANASIR TANAH:

Manusia menjadi penumpah Darah, jahat dan gagal di dunia dan di akhirat.

Bila lebih banyak ANASIR API:

Manusia menjadi seorang zalim dan aniaya.

Dengan mengenal sifat-sifat manusia tersebut, Allah mengatakan:

"MANUSIA ITU TIDAK SEMPURNA"

Allah menyempurnakannya dengan "MENIUPKAN RUH" Diberikan ALLAH:

PENDENGARAN (BUKAN TELINGA), PENGLIHATAN (BUKAN MATA), DAN HATI;  (BUKAN SEGUMPAL DARAH; TETAPI YANG DI DALAM HATI ITU, adalah RASA atau NIKMAT Yang MEMANCARKAN RUH atau NUR atau CAHAYA);

Jadi, TANPA RUH manusia itu TIDAK BISA BERBUAT APA-APA.

QS(32)9: “Tsumma sawwahu wa nafakha fiihi mir ruuhihii wa ja’ala lakumus sam’a wal abshaara wal af idata qaliilam maa tasykuruun."

Artinya: “Aku SEMPURNAKAN KEJADIAN MANUSIA, AKU TIUPKAN RUH, AKU BERIKAN PENDENGARAN, PENGLIHATAN DAN HATI. NAMUN SEDIKIT SEKALI MANUSIA BERTERIMA KASIH."

Karena itu; QS(53)11: "Maa kadzabal fu'aadu maa raa."

Artinya: "TIDAKLAH DUSTA HATI ITU apa-apa yang dilihatnya."

Dengan ditiupkannya RUH, barulah kemudian setiap manusia dapat menyadari adanya SIFAT-SIFAT MANUSIA yang diterangkan seperti di atas.

TERASA ADANYA ('AIN atau NYATA).

Itulah sebabnya manusia TIDAK AKAN PERNAG MEMPEROLEH PENGETAHUAN, guna mengetahui dan BAGAIMANA MENYELESAIKAN PERILAKU MANUSA YANG BERCORAK RAGAM TERSEBUT.

Coba kita perhatikan-amati :

Ketika Allah memegang RUH di waktu MATI dan di waktu TIDUR, ditahannya BENAR RUH ORANG YANG MATI, lalu DIKEMBALIKAN RUH ORANG YANG TIDUR.

Bagi ORANG YANG TIDUR:

TAMPAK ada TANDA-TANDA KEHIDUPAN. tapi SIFAT SYETAN, SIFAT MANUSIA, SIFAT JIN tidak dapat dirasakan ADANYA bagi ORANG TIDUR apalagi ORANG MATI.

Barulah kemudian setelah dikembalikan RUH, setiap manusia DAPAT MENYADARI, MERASAKAN ADANYA SIFAT-SIFAT TERSEBUT.

Itulah sebabnya, hanya ALLAH-lah yang dapat MENANGGULANGINYA.

Dengan adanya SIFAT MANUSIA, SIFAT SYEITAN, SIFAT JIN pada setiap manusia itulah yang menyebabkan manusia itu tidak berhenti BERSELISIH.

BAGAIMANA ALLAH MENYELESAIKANNYA?

Diutuslah para Nabi dan Rasul-rasul, teristimewa dengan lahirnya NABI MUHAMMAD SAW, guna MEMPERBAIKI sekaligus MEMBERI TAHU PENYEBABNYA sehingga MANUSIA DAPAT MEMILIKI AKHLAK DAN BUDI yang MULIA, dengan cara :

MENDIRIKAN SHALAT, mengikut RASUL, pada  HAKEKATNYA DI BAITULLAH.

BACA  1 2 3

sumber : rimanews.com